13Puisi Berantai Lucu Perpisahan Terkocak yang Cocok . Puisi berantai orang gila, tukang becak, penjual oncom. Puisi berantai lucu perpisahan 4 orang. Contoh puisi berantai lucu 3 orang puisi adalah bentuk karya sastra yang terikat oleh irama rima dan penyusun bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna.
Iya, ini puisi tentang doa seorang tukang becak" Jawab Bu Herlina. "Disalin ya Bu?" Tanya Kiki lagi. "Jangan disalin dulu. Kalian baca terlebih dulu, pahami isinya, kalau ada kata yang tidak dimengerti maksudnya boleh kalian tanyakan." Kata Bu Herlina. "Gampang Bu, isinya kan tukang becak yang sedang meminta atau berdoa kepada Tuhan."
KenduriPuisi Pendidikan Kita Purwakarta, Tukang Becak Pun Ikut Membacakan Puisi . 5 Agustus 2022 09:41 Diperbarui: 5 Agustus 2022 09:41 0 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Kenduri Puisi Pendidikan Kita. TENTANG KOMPASIANA. PROFIL. PERFORMA & STATISTIK. TIM. JARINGAN. KGMEDIA.ID. SYARAT DAN KETENTUAN. DEFINISI. KETENTUAN
Pamekasan(ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan Bendera Merah Putih dan paket sembako kepada tukang becak di Kabupaten Pamekasan pada Sabtu. "Ini benderanya Pak. Setibanya di rumah langsung dipasang ya," kata Gubernur saat memberikan bendera kepada tukang becak di halaman Kantor Bakorwil IV Pamekasan.
Kuranglebih satu tahun setengah ia menjadi tukang becak demi memenuhi kebutuhannya. "Kau tak bosan menjadi tukang becak, Teguh?" ujar Mamat yang membangunkan lamunan Teguh. "Ah,Mat..seperti kau tak bosan saja.. Memangnya kita bisa apa? Tamat SMA saja tidak". Jawab Teguh. "Setidaknya kau tidak seperti aku.
Iniadalah puisi tentang seorang tukang becak yang berusaha bertahan hidup di tengah ketidakberdayaannya dan badannya yang sudah sangat capek. Dia kembali berduka melihat moda transportasi lain seperti bis kota makin digemari masyarakat, dan transportasi becak mulai ditinggalkan.
Dalambuku ini, ia menulis puisi tentang tukang becak yang terlelap dalam mimpi, tentang nasi kucing mbah Singo, tentang oseng mercon Mbah Wagino, tentang pandemi, dan masih banyak lagi, yang semuanya masih tetap dihubungkan dengan angkringan, seperti judul bukunya. 5. Museum Kehilangan - Wawan Kurniawan
PuisiBaju Baru bertemakan tentang perbedaan keadaan antara rakyat dan presiden. Puisi Durrahman bertemakan tentang kematian Gus Dur yaitu mantan presiden keempat Indonesia. Tukang becak digambarkan sebagai bapak atau masyarakat Indonesia. Presidennya tertawa puas dan bahagia, tetapi rakyatnya hanya pura-pura tertawa puas dan bahagia.
Becaksaya tak akan mogok, Tuan. Tak pula butuh listrik, Tuan. Lalu akinya mana? Tukang becak itu menunjukann foto kumal dari sakunya Fotonya bergambar seorang bapak di kirinya ada becak. Di kursi becaknya itu ada lima anak kecil Di kanannya seorang ibu tersenyum. Listrik (4) Electricity bahasa Inggrisnya Mungkin jika Yesus masih di dunia ini
kita menghadapi kenyataan pahit,bahwa apa yang ada didepan mata kita tak sesuai dengan apa yang kita harapkan terjadi.terkadang membuat
KOP2. Perkara becak kembali menyeruak tatkala Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melontarkan gagasan untuk mengijinkan kembali beroperasinya becak di kota metropolitan Jakarta. Dengan sisa bara kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang belum sepenuhnya padam, tentu saja gagasan ini menuai kontroversi, memunculkan pro-kontra dengan segala variasinya, baik dalam polemik di media massa maupun keriuhan wargamaya di platform media sosial. Becak, sebagai moda transportasi manusia memang sangat terkait dengan perkembangan kota. Di ibukota Jakarta, setidaknya dalam dua dekade terakhir, becak telah dianggap sebagai bagian dari sejarah transportasi masa lalu seiring dengan penerbitan aturan yang melarang becak beroperasi di Jakarta. Pada awal pemberlakuan larangan tersebut, sering terjadi razia becak dan hasil dari razia tersebut ditenggelamkan di Laut Jawa kawasan Kepulauan Seribu dan dimanfaatkan sebagai rumpon, tempat bersarang ikan laut. Razia-razia terhadap becak di Jakarta menjadi pengingat represinya Satpol PP di DKI Jakarta sebagai aparat penjaga keamanan dan ketertiban Jakarta. Iklan Rekaman ingatan tentang kisah becak juga menjadi inspirasi dalam karya seni dan sastra di Indonesia, diekspresikan dalam lagu, film, esai, novel dan puisi. Tentu kita pernah mendengar lagu anak berjudul Naik Becak karya Ibu Sud. Lagu tersebut dengan riang menggambarkan keceriaan tamasya keliling kota dengan transportasi becak. Sebaliknya, film Pengemis dan Tukang Becak besutan sutradara Wim Umboh dan dilanjutkan Lukman Hakim Nain menggambarkan realitas kemiskinan yang terjadi pada masa Orde Baru. Film yang tayang pada tahun 1978 berkisah tentang kejamnya ibukota yang tak ramah pada orang miskin yang direpresentasikan salah satunya oleh tukang becak. Kematian tragis Sukardal, tukang becak yang gantung diri gara-gara becaknya dirampas dalam razia aparat kota Bandung pada tanggal 2 Juli 1986 direkam secara getir dalam esai Catatan Pinggir Goenawan Mohammad berjudul “The Death of Sukardal”. Novelis cum Rohaniwan YB Mangunwijaya juga pernah merekam kisah tukang becak dalam novel “Balada Becak atau Sebuah Riwayat Melodi Yus-Riri” yang terbit pertama kali pada tahun 1985. Novelis yang akrab dipanggil Romo Mangun ini dengan paragraf-paragraf panjang di novel ini menggambarkan realitas kompetisi antara becak dan kolt angkutan umum bersaing di jalan-jalan aspal Yogya. Novel ini juga menggambarkan kisah-kisah seputar tukang becak dan bakul sebayanya, juga tentang kehidupan kampus UGM dan mahasiswanya. Cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Setan Becak” yang menjadi salah satu Cerpen Terbaik TEMPO 2016 mungkin adalah karya sastra mutakhir berthema becak. Cerpen ini mengambil latar belakang tahun kegelapan 1966 dimana pembunuhan politik terjadi dan banyak beredar mitos tentang setan berprofesi sebagai pengemudi becak. Di ladang puisi, ada belasan sajak tentang becak dan pengemudinya dituliskan oleh Wiji Thukul pada dekade delapanpuluhan hingga awal sembilanpuluhan. Berbeda dengan penulis lagu Ibu Sud, sutradara Wim Umboh dan Lukman Hakim Nain, esais Goenawan Mohammad dan novelis Romo Mangun yang merekam becak dalam karya-karya mereka dari sudut pandang yang berjarak, maka Wiji Thukul menulis puisi tentang becak dari jarak yang sangat dekat, sebagai anak tukang becak. Dalam antologi puisi Wiji Thukul yang terlengkap “Nyanyian Akar Rumput” setidaknya ada 15 puisi yang menyebut becak di dalam syair-syairnya. Bahkan ada satu puisi berjudul “Nyanyian Abang Becak” yang biasanya dibacakan secara teatrikal oleh Wiji Thukul. Ini memperlihatkan betapa penyair yang hingga saat ini belum diketahui rimbanya sejak tahun 1998, memiliki ikatan emosional yang kuat mengenai becak dan pengemudinya. Puisi pertama Wiji Thukul tentang becak adalah “Nyanyian Abang Becak” yang dituliskan pada tahun 1984. Puisi ini menggambarkan dampak beruntun dari kenaikan BBM. Dampak itu tidak hanya soal harga-harga yang semakin membubung tinggi tetapi juga memicu pertengkaran keluarga. “jika harga minyak mundhak, simbok semakin ajeg berkelahi dengan bapak, Harga minyak mundhak, Lombok-lombok akan mundhak, sandang pangan akan mundhak”. Puisi ini juga ungkapan kemarahan atas kenaikan BBM yang dikatakan sebagai kebijaksanaan. “siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak, Seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok” ….. “jika BBM kembali menginjak namun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaan, maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan nasib” Narasi yang sama juga ada dalam bait puisi “Apa Yang Berharga Dari Puisiku” “Apa yang berharga dari puisiku, Kalau bapak bertengkar dengan ibu, Ibu menyalahkan bapak, Padahal becak-becak terdesak oleh bus kota, Kalau bus kota lebih murah, siapa yang salah” Puisi yang berjudul “Sajak Bapak Tua” mendiskripsikan beban berat yang harus ditanggung bapak sebagai pengemudi becak “bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi” Dalam puisi romantis “Jangan Lupa Kekasihku”, ajakan Wiji Thukul kepada perempuan yang dicintainya untuk berterus terang mengenai lingkungan sekeliling, tetangga, teman dan orangtua. Dia pun tak lupa mengungkapkan bahwa orangtuanya adalah pengemudi becak. “jangan lupa, kekasihku Jika kau ditanya siapa mertuamu Jawablah yang menarik becak itu Itu bapakmu, kekasihku” Sebagian besar puisi-puisi Wiji Thukul berkisah tentang kegundahan dan kemarahannya atas pembangunan kota yang serakah dan tak ramah pada tukang becak, seperti dalam bait puisi berjudul “Jalan” “jalan kiri-kanan dilebarkan becak-becak melompong di pinggiran yang jalan kaki, yang digenjot yang jalan bensin, semua ingin jalan” Jauh sebelum diskusi mengenai tata kota dan transportasi yang berkeadilan mengemuka, puisi-puisi Wiji Thukul memaparkan kompetisi tak seimbang antara becak dengan tenaga manusia dan kendaraan bermotor bis kota. Dalam puisi “Sajak Setumbu Nasi Sepanci Sayur” dikisahkan “bus kota merdeka berlaga di jalan raya becak-becak berpeluh melawan jalan raya” Ini juga digambarkan sebagai mimpi buruk yang dibayangkan Wiji Thukul dalam puisi “Sajak Bapak Tua” “di dalam kepalaku bus tingkat itu tiba-tiba berubah jasi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya” Seperti di kota-kota lainnya, ruang gerak becak di kota Solo saat itu juga dibatasi atas nama keindahan kota. Dalam puisi “Kepada Ibuku”, Wiji Thukul bercerita kepada ibunya tentang pembangunan dan ketidakadilan “ibu, aku tidak punya data komplet tentang ketidakadilan, hanya mataku terpukau di ingar jalan raya aspalan, kendaraan bikinan jepang, itali, amerika laju, tetapi abang-abang becak disingkirkan oleh kebijaksanaan pembangunan” Dalam puisi “Pemandangan”, Wiji Thukul menemukan aturan baru daerah larangan untuk becak “di pojok ronggowarsito, ada aturan baru becak dilarang terus bus kota turah-turah penumpang!” Puisi “Jalan Slamet Riyadi Solo” juga menuliskan ancaman peminggiran becak “hanya kereta api itu masih hitam legam dan terus mengerang memberi peringatan pak-pak becak yang nekat potong jalan, “hei, hati-hati cepat menepi, ada polisi, banmu digembos lagi nanti!”” Kembali ke wacana yang dilontarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membolehkan kembali operasi becak di Jakarta yang memicu dugaan bahwa ini adalah kampanye populisme yang penuh agenda politik tampaknya memang bukan hal yang baru. Isu tentang becak bisa menjadi isu politik dan bisa mengemuka menjelang Pemilu. Dalam Pemilihan Gubernur DKI DI tahun 1999 yang masih dipilih oleh DPRD, Rasdullah yang dikenal sebagai pengemudi becak berani mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur meski akhirnya tak masuk nominasi. Di dua kali Pilkada DKI Jakarta yang dipilih secara langsung tahun 2012 dan 2017, masalah becak juga menjadi salah satu kampanye bahkan masuk dalam kontrak politik. Jauh sebelumnya, Wiji Thukul juga merekam mobilisasi tukang becak untuk kepentingan Pemilu. Dalam puisi “Aku Lebih Suka Dagelan” yang berkisah tentang suasana Pemilu 1987 dituliskan “ada juga yang bertengkar padahal rumah mereka bersebelahan penyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambar ada juga kontestan yang nyogok tukang-tukang becak akibatnya dalam kampanye, banyak yang mencak-mencak”. Tragisnya suara mereka hanya dibutuhkan dalam Pemilu dan tukang becak hanya menunggu janji-janji sampai mereka mati. Kisah tragis ini tergambar dalam puisi “Kuburan Purwoloyo” “disini gali-gali tukang becak orang-orang kampung yang berjasa dalam setiap pemilu terbaring dan keadilan masih saja hanya janji disini kubaca kembali sejarah kita belum berubah!” Ikuti tulisan menarik Wahyu Susilo lainnya di sini.
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Menakjubkan, Mengharukan, dan Tulus Sastra angkatan reformasi, bentuk puisi Karya Widji Thukul Ini adalah puisi tentang seorang tukang becak yang berusaha bertahan hidup di tengah ketidakberdayaannya dan badannya yang sudah sangat capek. Dia kembali berduka melihat moda transportasi lain seperti bis kota makin digemari masyarakat, dan transportasi becak mulai ditinggalkan Dari buku Aku Ingin Jadi Peluru Waktu penulisan Bulan Juni 1987 — bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi sekarang bapak mendengkur dan ketika bayangan esok pagi datang di dalam kepalaku bis tingkat itu tiba-tiba berubah jadi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya Originally posted 2013-01-20 080902. Republished by Blog Post Promoter
Puisi berantai Orang Gila,Tukang Becak dan Penjual Oncom A. Pada suatu hari, aku di tarik paksa oleh beberapa orang yang sama sekali tak aku kenali sebelumnya. Aku takut, dan akupun langsung di dorong ke dalam… B. becak. Aku tukang becak yang unyu-unyu cetar membahana. Setiap hari, ku goes, goes dan terus ku goes untuk mengantarkan penumpangku ke rumahnya yang… C. kotor, bau, jiji, jorok laler berterbangan dimana-mana. Membuatku semakin hari tak betah menjadi penjual oncom terenak di pasar ini. Tapi, aku senang sih karena aku punya… A. banyak teman aku setiap harinya tak kesepian di rumah baruku ini karena teman-temanku yang ceria, selalu tertawa sepertiku. Tapi, aku kesal sama orang-orang yang jahat itu. Karena setiap kita tak mau menuruti keinginan mereka, mereka mengeluarkan benda yang ku tau itu obeng dan mereka memasukkannya ke dalam… C. Oncomku rasanya enak sekali ku buat oncomku dengan cinta, ku galey dengan lembut dan terakhir ku taburi dengan kucuran keringat. Sehingga rasanya asin gurih dan lezatt. kalau menurut pelangganku, oncomku 11, 12 lah dengan rasa pizzahut walau seharian aku kucel, bau, dekil in the kummel. Tapi aku senang sekali oncom-oncomku kini laris manis seperti aku. Dan aku pun senang karena di temani… B. Kawan-kawan becakku memang sudah tua-tua tapi mempunyai jiwa muda yang menggelora sehingga kami pun selalu… A. Tertawa, menjerit, bergoyang bersuka ria kami tak pernah galau karena kami selalu menghibur satu sama lain. Dan kami… C. Selalu meradang…Aku kini selalu meradang jiwaku kini resah gelisah, gundah gulana meratapi nasibku yang semakin hari semakin… B. Laku becakku semakin ramai di tumpangi dengan uang hasil menarik becakku, akupun dapat pergi ke… A. Rumah sakit jiwa hahaha, itu rumah yang paling istimewa buatku penghuninyapun yang imut, lucu, dan menggemaskan seperti… C. Oncomku betapa malangnya nasibmu setiap hari, kau menemaniku di tempat yang suram kelam ini tapi sayangnya kau tak juga laku dan akhirnya menjadi… B. Becak idaman para penumpang setiap harinya becakku di banjiri oleh penumpang-penumpang berduit karena tampangku yang mirip… A. Orang gila? Kau memanggilku orang gila? Gak salah? Hahaha kamu tuh yang gila, karena muka kamu bulukan dipenuhi oleh… B. Uban putih-putih menghiasi kepalaku tapi aku bangga, walau ini menandakan aku sudah lanjut usia tapi kata penumpangku wajahku tampan mirip cakra khan dan yang… C. Keriput, menyusut di penuhi semut-semut yang imut-imut. Sehingga orang takut membelinya oh oncomku… akankah kau… A. Berhenti menyuntikkan cairan itu padaku. Aku capek, tapi tak kau hiraukan. Aku sakit, sakiitt sekali lebih sakit melebihi orang yang putus cinta bila kau terus… B. Memberikan cinta pada setiap penumpang itu sudah kewajibanku tapi, jika yang ku beri cinta itu berkhianat apakah harus masih ku berikan cinta? Lebih baik aku beri saja… C. Oncom-oncomku yang sudah entah kemana mungkin sekarang sudah menyatu dengan bau pasar yang tak sedap, bercampur dengan cairan hitam got-got atau mungkin sudah menjadi lalaban tikus comberan yang besar-besar aku bangkrut, uangku kini sudah habis, modalku tak kembali hingga akhirnya aku harus meninggalkan… A. Rumah sakit jiwaku aku tak mau lagi di rumah itu rumah itu aneh, aku sebel, aku mau kabur aja, dan aku pun memutuskan untuk kabur lewat… C. Selokan yang mengalir menyebarkan aroma khasnya, itu menjadi kenanganku semasa hidupku di pasar menjadi… B. Tukang becak itu profesiku dulu, tapi naas becakku kini di curi manusia serakah yang tak berperikemanusiaan sehingga ia tega untuk… A. Menceburkan diriku ke dalam lumpur coklat, agar aku dapat kabur dari rumah gila itu eoh sungguh menjijikan. Lumpur ini bersatu padu dengan kotoran kerbau yang menjijikan. Tapi, aromanya sangat sedap, sehingga akupun mencoba… C. Mencari lowongan kerja baru. Aku tak mau lagi tinggal seharian di pasar yang lusuh dan kelam itu, aku tak mau di kerumuni oleh laler-laler lagi, aku tak mau aku tak mau… B. Menjadi tukang becak lagi… dan kini saatnya aku berkata selamat tinggal becakku yang unyu-unyu… A. Selamat tinggal rumah sakit jiwaku yang lucu… C. Selamat tinggal pasar ku yang kotor dan bau… aku akan mencari pekerjaan yang lain dan berkata… A,B,C, S E M A N G A T!!!